Senin, 23 Januari 2012

kunci surga


At Tauhid edisi VIII/2

Oleh: Yananto Sulaimansyah

Tidak ada kalimat yang lebih agung, lebih menggetarkan hati, dan lebih berpengaruh bagi jiwa daripada kalimat tauhid. Kalimat itulah yang menjadi kunci surga, pondasi agama, pembatas antara kebahagiaan dan kesengsaraan serta kemuliaan dan kehinaan. Laa ilaaha illallah adalah rukun Islam yang pertama, cabang iman yang tertinggi, kewajiban pertama dan terakhir manusia. Kenalilah maknanya, amalkanlah konsekuensinya, dan berpegang teguhlah di atasnya hingga mati, itulah jalan menuju kebahagiaan abadi.


Tidak hanya sekedar di lisan

Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, ketahuilah bahwa Laa ilaaha illallah adalah kalimat yang memiliki keutamaan yang sangat besar. Tetapi, keutamaannya tidak akan kita dapatkan semata-mata hanya dengan mengucapkannya saja.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al Hamd mengatakan: “Siapa yang mengucapkan kalimat ini dan ia mengetahui maknanya, mengamalkan kandungannya dengan meninggalkan kesyirikan dan menetapkan keesaan bagi Allah, disertai dengan keyakinan pasti terhadap kandungan maknanya serta mengamalkannya, maka dialah muslim sejati. Dan siapa yang mengamalkannya tetapi tidak meyakini (maknanya), maka dialah orang munafiq. Dan siapa yang berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kandungan maknanya, yaitu syirik, maka dia adalah musyrik kafir meskipun dia mengucapkan kalimat tersebut dengan lisannya” (Lihat Rasaa-il fil Aqidah karya beliau).
Syaikh Sulaiman bin Abdullah mengatakan: “Adapun sekedar mengucapkannya saja tanpa mengetahui maknanya dan tidak mengamalkan konsekuensinya, maka hal itu tidaklah bermanfaat denga ijma” (Lihat Taisirul Azizil Hamid karya beliau).

Kesimpulannya, Laa ilaaha illallah adalah sebuah kalimat yang agung, dan harus terkumpul padanya 3 hal: mengucapkannya, mengetahui maknanya, dan mengamalkan konsekuensinya. (Lihat I’anatul Mustafid karya Syaikh Shalih Al Fauzan)

Mengenal Lebih Dekat

Setiap hari kita mengucapkan kalimat tersebut di dalam shalat-shalat dan dzikir-dzikir kita. Senantiasa kita membasahi lisan kita dengan kalimat Laa ilaaha illallah. Namun, tahukah kita makna dan kandungan kalimat yang agung tersebut? Ternyata sebagian kaum muslimin masih ada yang salah dalam memaknai kalimat tersebut dengan benar. Bukankah kita sering menjumpai seseorang yang mengartikan Laa ilaaha illallah dengan “Tidak ada Tuhan selain Allah”?
Tahukah bahwa makna tersebut adalah makna yang tidak benar? Perhatikan, “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Konsekuensi terburuknya adalah, setiap yang disembah oleh manusia, itulah Allah. Maka semua patung yang disembah, salib, arca, kuburan, dan segala macam sesembahan yang batil, itulah Allah. Tentu ini adalah makna yang sangat rusak tanpa ragu lagi! Maha suci Allah dari yang demikian.

Yang benar, Laa ilaaha illallah bermakna “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah”. Yakni tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan segala bentuk ibadah selain Allah Ta’ala. Dan segala sesuatu yang disembah selain Allah, maka itu adalah sesembahan yang paling bathil dan paling sesat. (Lihat At Tanbihaat Al Mukhtasharah karya Ibrahim bin Syaikh Shalih Al Khuraishi). Allah Ta’ala berfirman, “yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil” (QS. Al Hajj : 62)

Kandungan dan Konsekuensinya 

Setelah mengetahui makna yang benar dari kalimat tauhid Laa ilaaha illallah, maka kita akan mengetahui bahwa Laa ilaaha illallah memiliki dua unsur penyusun. Jika salah satunya hilang, maka itu bukanlah Laa ilaaha illallah. Ketahuilah bahwa dua unsur penyusun kalimat Laa ilaaha illallah adalah an nafyu (peniadaan) dalam kalimat “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah” dan al itsbat (penetapan) dalam kalimat “selain Allah”. An nafyu yaitu meniadakan seluruh jenis sesembahan selain Allah apapun bentuknya. Al itsbat yaitu menetapkan hanya Allah semata yang berhak untuk disembah. Inilah tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan yang diajarkan oleh Al Qur’an dari awal hingga akhirnya. (Lihat Fathul Majid karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan).

Sehingga, konsekuensi dari kalimat Laa ilaaha illallah adalah meninggalkan dan mengingkari seluruh bentuk peribadatan kepada selain Allah dan menujukan ibadah hanya kepada Allah semata. Maka kita hanya berdo’a kepada Allah, tidak kepada kubur. Beristighosah hanya kepada Allah, tidak kepada wali. Berkurban atau menyembelih hanya kepada Allah, tidak kepada jin penunggu pohon atau laut. Kita tinggalkan segala macam sesembahan baik itu berupa jin, kubur, wali, malaikat, bahkan nabi, dan menujukan semua ibadah yang kita lakukan hanya kepada Allah semata. Itulah Laa ilaaha illallah.

Lebih Pintar Orang Musyrik Zaman Dulu

Tahukah bahwa kaum musyrikin zaman dulu mengetahui makna Laa ilaaha illallah dengan benar? Oleh karena itu, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada orang kafir Quraisy: “Katakanlah: Laa ilaaha illallah!”. Mereka menjawab: “Mengapa ia menjadikan Tuhan-Tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan” (QS. Shad : 5). (Lihat Taisirul Azizil Hamid)

Allah juga berfirman tentang mereka, “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah”, mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sungguh kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. Ash Shaffat : 32-33)

Hal itu dikarenakan kaum musyrikin zaman dahulu mengetahui dengan benar makna kalimat tauhid. Oleh karena itulah, ketika mereka ditawari kalimat Laa ilaaha illallah, mereka enggan dan menolak mengucapkannya karena mereka sadar, dengan mengucapkan Laa ilaaha illallah, akan mengharuskan mereka meninggalkan semua sesembahan mereka dan menujukan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah semata.

Sekarang bandingkanlah dengan keadaan sebagian kaum muslimin saat ini. Bukankah mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah di dalam shalat dan dzikir mereka setiap hari? Bersamaan dengan itu, mereka masih juga berdo’a kepada kubur orang shalih, beristighotsah kepada para wali, dan berkurban untuk jin penunggu Merapi atau laut selatan. Bukankah ini bertentangan dengan kandungan kalimat Laa ilaaha illallah? Sedangkan Laa ilaaha illallah mengharuskan do’a kita, istighotsah kita, kurban kita, dan seluruh ibadah kita hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala semata, bukan kepada yang lain? Semoga Allah memberi petunjuk.

Inilah Keutamaannya

Orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, mengetahui maknanya, dan mengamalkan konsekuensinya, akan mendapatkan balasan yang sangat luar biasa dari Allah Ta’ala. Berikut ini adalah sebagian keutamaan Laa ilaaha illallah :

1) Pasti masuk surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya, dan kalimat yang Dia berikan kepada Maryam, dan ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga dan neraka itu benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga bagaimanapun amalannya” (HR. Bukhari dan Muslim)

2) Orang yang mengucapkannya dengan ikhlash akan diharamkan dari neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi neraka, orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dalam rangka mencari wajah Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)

3) Orang yang mengucapkannya dengan ikhlash berhak mendapatkan syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,“Orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlash dari hatinya” (HR. Bukhari secara ringkas)

4) Darah dan hartanya terjaga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, dan kufur terhadap segala yang diibadahi selain Allah, maka darah dan hartanya menjadi haram (yakni terjaga-pen). Sedangkan perhitungannya diserahkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla” (HR. Muslim)

Syarat Mendapatkan Keutamaannya

Sebuah kunci akan bisa membuka pintu jika memiliki gerigi yang pas. Laa ilaaha illallah adalah kunci surga, sedangkan geriginya ada tujuh, yakni tujuh syarat yang harus dipenuhi semuanya agar Laa ilaaha illallah bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya. Ketujuh syarat tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Mengetahui makna yang benar beserta konsekuensi dari Laa ilaaha illallah, yaitu tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, meniadakan segala sesembahan selain Allah, dan menetapkan hanya Allah-lah yang berhak disembah.
  2. Betul-betul meyakini makna kalimat tersebut, bahwa hanya Allah-lah satu-satu-Nya Tuhan yang berhak disembah dan yang selain-Nya adalah bathil.
  3. Ikhlash mengucapkannya, hanya mengharap wajah Allah semata.
  4. Jujur dari hati yang terdalam mengucapkannya sehingga ucapannya sesuai dengan hatinya. Jika mengucapkannya dengan lisannya tetapi hatinya mengingkarinya, maka ia munafiq yang Allah kabarkan orang munafiq ada di dasar neraka. Wal ‘iyaadzu billah
  5. Mencintai kalimat tersebut beserta kandungannya, mencintai orang-orang yang merealisasikan Laa ilaaha illallah dengan benar, serta membenci segala yang bertentangan dengan kandungan Laa ilaaha illallah.
  6. Tunduk patuh menjalankan semua konsekuensi Laa ilaaha illallah, menjalankan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan dan meninggalkan segala apa yang Allah dan Rasul-Nya larang.
  7. Menerima Laa ilaaha illallah beserta konsekuensinya dengan hati dan lisan. (Disarikan dari At  Tanbihaat Al Mukhtasharah dengan perubahan)
Maka kaum muslimin yang dirahmati Allah, buah dari Laa ilaaha illallah akan kita rasakan jika kita mengucapkannya, mengetahui maknanya, mengamalkan kandungannya, dan memenuhi ketujuh syarat di atas. Semoga Allah meneguhkan kita di atas Laa ilaaha illallah hingga akhir nafas kita sehingga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang merealisasikan Laa ilaaha illallah dengan benar dan mendapat seruan indah: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. Al Fajr : 27-30). Wallahu a’lam. [Yananto Sulaimansyah]

Tidak ada komentar: